Selamat Datang di Blog kami

Semoga Anda mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dengan blog kami

Rabu, 27 Januari 2010

Sosialisasi Partisipatoris kenapa tidak?

Pola sosialisasi dalam sebuah keluarga memang beragam, tergantung dengan latar belakang pendidikan orang tua, adat istiadat, lingkungan alam dan agama. Itu diantaranya beberapa factor yang mempengaruhi pola sosialisasi dalam keluarga
Penulis disini akan coba membahas mengapa orang tua tidak melakukan sosialisasi partisipatoris dalam keluarga. Ketika penulis menanyai siswa-siswa penulis, mereka cenderung menjawab pola sosialisasi yang diberlakukan dikeluarganya cenderung represif. Diantaranya adalah kepatuhan anak pada orang tua, komunikasi satu arah, berpusat pada orang tua.
Mengapa banyak orang tua banyak melakukan tindakan sosialisasi represif pada keluarganya? Ada beberapa sebab yang bisa penulis kemukakan:
1. Tradisi paternalistik
Tradisi paternalistik yang begitu kental di Indonesia umumnya, sehingga orang tua sebagai pusat kekuasaan dari keluarga, bukan sebagai partner buat anaknya. Sehingga anak harus selalu dituntut patuh pada orangtuanya, meski kadang pilihan ortu kurang tepat buat anaknya. Kalau anak berpendapat yang berbeda dengan orang tua, sering dianggap membangkang atau dengan kata lain durhaka (Malin Kundang,,,cerita terkenal masalah Anak Durhaka.
Orang tua selalu dianggap benar…padahal belum tentu sesuai dengan keinginan anak

2. Latar belakang budaya dan pendidikan
Background dari orang tua dengan anak yang berbeda jelas akan menimbulkan pertentangan dalam pola pemikiran. Sering penulis menjumpai kasus anak bersitegang dengan orang tua hanya karena antara anak dan orang tua ada perbedaan cara pandang, Ini dipengaruhi juga dengan latar belakang budaya kemudiann pendidikan yang berbeda. Faktor refernsi bacaan juga sedikit banyak mempengaruhi. Tentu beda donk referensi ortudengan generasi muda.

3. Anggapan bahwa anak adalah milik orang tua
Sering orang tua beranggapan anak adalah miliki mereka, sehingga ortu dengan ini berhak mengarahkan sesuai keinginan mereka. Kahlil Gibran mengunfkapkan bahwa anak adalah anak panah, sedang ortu adalah busur panah yang mengarahkan anak panah ke sasaran. Atau dialog dalam sinetron Para Pencari Tuhan 2, anak adalah teman kita dalam perjalanan hidup. Suatu saat bisa berpisah, Atau dengan menggunakan contoh tukang parker, jadi anak itu adalah titipan Tuhan yang harus dijaga

Itu sedikiit hal yang melatarbelakangi sosialisasi represif dalam keluarga, tentunya kita sebagai ortu model generasi baru jangan sampai seperti itu. Ini sebagai masukan kepadamsistem sosalisasi dalam keluarga, mengingat tantangan yang dihadapi sekarang berbeda,dan anakpunm sekarang memiliki karakteristik yang berbeda pula. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar