Kalau kita lihat perkembangan persepakbolaan di Indonesia, ada beberapa hal yang cukup menghawatirkan bagi bangsa ini. Yakni sepakbola malah dicemari tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan sepakbola sebagai sarana melakukan integrasi, namun malah menjurus disintegrasi. Penyerangan bonek di Solo, yang terbaru penyerangan supporter Persijap di Semarang.
Padahal sepakbola merupakan sarana olahraga yang seharusnya menjunjung sportivitas, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, namun mengapa sepakbola malah berkembang menajdi tindakan anarkis.
Kondisi ekonomi merupakan salah satu pemicu munculnya tindakan merusak. Ketika rakyat Indonesia sebagian jatuh dalam keadaan ekonomi yang kurang, sepakbola menjadi ajang bagi mereka untuk mengaktualisasikan diri. Meskipun tindakan yang dilakukan kadang kurang menyenangkan bagi orang lain.
Fanatisme atau factor primordialisme yang berlebihan menjuju etnosentris merupakan pemicu sesudahnya. Fanatisme atas primordialisme yang berlebihanmenjadikan sepakbola tidak hanya urusan main dan hasil menang atau kalah itu hal yang wjar. Dibawanya nama daerah merupakan indicator masih belum bisa sepakbola dijakdikan ajang pemersatu bangsa.
Disini PSSI sebagai penyelenggara persepakbolaan situntut untuk konsisten dalam menegakkan aturan, Seringkali kita melihat keputusan Komdis PSSi sering mental di tangan ketum PSSI. Nah PSSI perlu menjadikan sepakbola sebagqi saran aintegrasi bangsa.
Caranya dengan melekukan sosialisasi, atau lebih radikal PSSI perlu melakukan pendidikan supporter sehingga supporter bisa mengerti tentang bagaimana mendukung yang benar tanpa perlu anarkis. semoga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar